LOVE is HARD part 3

new-3aaa

Author                  : Dordor

Main Cast            : Bae Suzy Miss a

                                  Kim myungso Infinite

                                Park jiyeon T-Ara

                                Kim Jong-In

                                Coi Sulli

                                Jung Soojung

                                  And other

Lenght                  :–

Genre                   :  Romance, Family, school, sad, dll

Cerita adalah hasil pemikiran otakku yang sangat sesuatu ini, tapi untuk castnya aku meminjam nama mereka. cerita ini sangat flat alias datar jd maaf kl boring dan g da feel, plus typo bertebaran dimana-mana.

========================================================================

Part 3

 

Myungsoo duduk gelisah di kantornya. Pikirannya sedang kacau sehingga tidak bisa melakukan pekerjaannya dengan benar padahal pekerjaannya sedang menumpuk apalagi semenjak kedua orang tuanya meninggal enambulan yang lalu dalam kecelakaan. Pengalihan tugas dan jabatan secara tiba-tiba itu membuat dia kewalahan. Tapi bukan masalah pekerjaan yang mengganggu pikirannya, apalagi masalah kecelakaan orang tuanya—dia tidak terlalu sedih tentang itu. Pikirannya di penuhi tentang perceraiannya dengan istrinya, Bae Suzy.

Mengingat perceraiannya dengan Suzy membuat hatinya gelisah dan tidak tenang. Dia juga tidak tahu kenapa. Yang pasti bukan karena dia mencintai istrinya itu—dia berusaha meyakinkan hatinya bukan itu alasannya—karena dia sangat yakin jika cintanya hanya untuk Park Jiyeon meskipun yeoja itu mencampakkannya dan anak mereka begitu saja. Tapi dia tahu Jiyeon melakukan itu karena orang tuanya. Mungkin karena dia kasih dengan Suzy? Ya! Itu pasti alasannya! Dia kasihan dengan yeoja itu apalagi setelah mendengar ceritanya tadi malam.

 “Apa maksudmu?” tanya myungso bingung.

“Surat cerai. Aku sudah menandatanganinya. Oppa tinggal menandatanganinya, lalu kita bercerai.” Jawab suzy santai.

“Bukan itu maksudku. Kenapa kamu tiba-tiba ingin bercerai?” tanya myungso agak kesal harus berbicara banyak dengan Suzy.

“Aku berterimakasih karena oppa pernah menjadi suami dan bagian penting dari hidupku. Mekipun terpaksa, aku tetap berterima kasih sudah mau menerimaku jadi istrimu dan ibu untuk Sooyeon.”

“oppa tahu empat tahun ini adalah masa paling indah dalam hiduku, karena akhirnya aku memiliki seseorang meskipun tidak ada yang menginginkanku. Meskipun singkat rasanya tetap menyenangkan,” kata Suzy sambi tersenyum miris. “Tapi ternyata Tuhan hanya mau berbaik hati selama empat tahun ini. sebenarnya aku tidak ingin, tapi aku tetap harus meninggalkan kalian.”

“Kalau kamu tidak ingin pergi, kenapa harus pergi,”

“Karena pemilik sesungguhnya sudah kembali. Aku sudah tidak punya tempat lagi disini.” kata Suzy masih dengan senyum miris. Tiba-tiba dia mentap Myungso membuat namja itu sedikit terkejut.

Dia sudah mengenal Suzy dari kecil taip baru kali ini dia menatap mata Suzy secara dekat, dan mata istrinya itu sangat indah. Kenapa dia baru menyadarinya? Tentu saja kerena dia terlalu sibuk membenci Suzy. Dulu dia selalu beranggapan mata Jiyeon yang paling indah, makanya dia jatuh cinta padanya. Ternyata masih ada yang lebih indah.  “Paling tidak, meskipun memalukan aku ingin punya harga diri sedikit saat kita berpisah.”

“Kenpa kamu berbicara berputar-putar?” tanya myungso setelah berhasil mengalihkan tatapannya dari mata Suzy.

“Aku bertemu Jiyeon kemarin.”

Setelah berkata begitu, suzy terdiam. Dia mengamati perubahan ekpresi dari myungso dan seperti dugaannya namja itu terkejut.

Suzy tersenyum hangat pada Myungso. “Aku tidak sengaja bertemu dengannya kemarin saat makan siang bersama Sooyeon. Dan tadi kami kembali bertemu dan berkata akan mengambil semua miliknya. Saat itu rasanya aku ingin marah dan menyiram wajahnya dengan air minumku. Tapi tiba-tiba aku tersadar ‘ah benar juga, sekarang yang aku miliki adalah miliknya. Suami, anak dan cintaku juga miliknya. Aku tidak punya apa-apa’.”

Myungso terdiam mendengarkan perkataan Suzy. Dia melihat yeoja di sampingnya itu dengan pandangan yang sulit di artikan. Di satu sisi dia ingin berteriak kesenangan karena akhirnya cintanya kembali dan di satu sisi hatinya ikut terenyuh mendengar nada kesedihan dari setiap kalimat yang keluar dari mulut Suzy.

“Sebenarnya aku juga ingin berjuang, aku ingin memepertahankan milikku. Tapi aku tidak memiliki apa-apa. Aku memang memiliki suami tapi hatinya bukan milikku. Aku memiliki anak, tapi dia juga bukan milikku..”

Suzy terdiam sebentar. Menimang-nimang apakah dia harus mengatkan isi hatinya atau tidak. Dia ingin berbagi beban berat yang selama ini dia pikul sendirian. Bolehkah dia berbagi beban pada suaminya ini meski hanya sekali?

“Dulu aku sangat marah pada kedua orang tua kita tentang perjodohan ini dan berharap mereka mati saat itu. Bukan karena aku tidak mencintaimu—aku sangat mencintaimu, justru kamu yang tidak—tapi aku tahu kamu tidak bahagia jika bersamaku. Seperti saat ini. Tiba-tiba saja aku berharap orang tua kita kembali hidup dan menyingkirkan park Jiyeon lagi,” suzy terkekeh pelan akan pemikiran egoisnya itu. “Tapi aku tahu itu hanya perbuatan yang sia-sia dan pada akhirnya hanya aku terluka dan terlihat menyedihkan.”

“Lalu tiba-tiba aku berfikir, ‘jika aku tidak berjuang dan hanya menunggu waktu untuk di campakkan—karena aku tahu cepat atau lambat aku pasti di campakkan—bukankah hidupku ini sangat menyedihkan? Apa aku masih bisa hidup dengan keadaan seperti itu? Ah aku harus membuat perpisahan ini sedikit keren, paling tidak aku akan memiliki sedikit harga diri. Aku yang akan mencampakkan Kim myungso. Ya benar, jika aku yang menceraikan bukan yang di ceraikan mungkin aku akan terlihat sedikit keren. Tapi sebelum itu terjadi aku ingin membuat ‘kenangan indah’ dulu. Meski sekali aku ingin makan malam bersama suami dan anakku.’ Apa aku sudah terlihat keren sekarang oppa?” tanya suzy memandang myungso denga senyum hangatnya. Tapi senyum hangat itu tidak bisa menutupi kesedihan yang terpancar jelas di mata indahnya.

Myungso hanya diam. Dia merasa sedikit tertampar. Dia memang belum pernah makan bersama dengan Suzy dalam satu meja kecuali saat orang tuanya dulu datang. Bahkan memperlakukan yeoja itu sebagai istripun belum pernah di lakukannya.

“Kamu bahkan belum mencoba sudah menyerah!” kata myungso menyindir.

“Aku sudah mencoba empat tahun ini oppa dan sampai sekarang aku gagal. Seandainya aku masih berjuang apa aku bisa memenangkan hatimu?”

Myungso terdiam, tidak tahu harus menjawab apa. Dia juga bingung, kenpa dia mengatakan kalimat seperti itu tadi.

“Tidakkan oppa! Aku akan tetap kalah, jadi aku memutuskan menyerah sampai disini saja.” Suzy terdiam sebentar sebelum melanjutkan. “Aku sudah memberitahu jiyeon kalau besok aku akan keluar dari rumah ini, jadi dia bisa tinggal disini dari pada di hotel. Tapi untuk sementara Sooyeon akan tinggal bersamaku, jiyeon sudah memberi ijin. Sekarang aku meminta ijin padamu oppa.”

“Oppa aku mohon ne,” myungso masih diam. Tapi Suzy terus mencoba. “Sepanjang hidupku aku belum pernah memiliki seseorang yang aku cintai dan juga mencintaiku, kecuali nenekku yang sudah meninggal. Ibuku melahirkanku dan langsung membuangku hingga nenek yang merawatku. Eomma kembali mencariku, ketika dia membutuhkkanku sebagai alat untuk mendapatkan appa. Eomma dan appa tidak pernah mencintaiku selain mejadikanku sebagai alat untuk memperluas bisnis. Salah satunya dengan menjodohkanku denganmu ketika appa merasa perlu memperbesar jaringan bisnis. Makanya ketika pertama kali bertemu denganmu dan menjadikanku temanmu aku sangat senang oppa. Tapi cintaku bertepuk sebelah tangan.”

Perasaan bersalah kembali menghantui Myungsoo. Jujur dulu Myungso sangat menyayangi suzy sebagai sahabatnya dan tiba-tiba dia membenci gadis itu hanya karena perjodohan yang di atur keluarganya. Suzy selalu mampu menutupi kesedihannya dengan senyum hangat dan sifat tenangnya. Melihat dia dari luar, orang pasti mengira hidup yeoja ini sangat sempurna. Ternyata nasipnya tidak jauh berbeda dengannya bahkan mungkin lebih parah. Dan ini baru pertama Suzy bercerita tentang isi hatinya.

“Aku sangat menyukai Jiyeon karena dia sabatku yang pertama. Dan waktu mendengar kalian pacaran, meskipun sakit aku tetap mendukung kalian karena kalian adalah orang-orang yang aku sayangi. Dan aku menyesal tidak bisa menolak perjodohan ini karena tidak bisa melakukan apa-apa. Aku memang mencintaimu oppa, tapi sungguh aku tidak pernah berharap apa-apa. Asalkan orang yang aku cintai bahagia bagiku sudah cukup.”

Myungso ingin berkata dia tidak menyalahkan Suzy karena itu, dia tahu itu semua perbuatan orang tua mereka, namun mulutnya hanya diam dan tindakannya tindakannya justru menyalahkan yeoja itu.

“Tapi dengan Sooyeon berbeda. Aku mencintainya dan dia juga membalas cintaku. Aku tahu dia mencintaiku karena menganggap aku ini ibunya, tapi aku tetap senang. Untuk pertama kalinya aku mempunyai seseorang yang kucintai dan mencintaiku selain nenekku. Dan itu membuatku berat melepasnya. Aku membutuhkan sedikit waktu untuk melepasnya. Boleh ya oppa. Ini akan menjadi permintaanku yang terakhir.”

“Kamu tidak perlu ijinku. Apapun yang terjadi, kamu tetap ibu Sooyeon.”

“Gomawo oppa,” kata Suzy dengan senyum hangat khasnya. “Dan semoga kamu bisa bahagia bersama Jiyeon.”

“Dan ini baru pertama kali aku menceritkan isi hatiku  pada seseorang dan aku melakukannya bukan karena ingin meminta simpati darimu, atau menjelek-jelekkan Jiyeon” kata Suzy sebelum bangkit berdiri. “Aku melakukan ini karena termasuk dari bagian ‘kenangan indah’ yang ingin aku buat. Yaitu kenangan ‘saling berbagi beban dengan suami. Dan kalau bisa aku berharap oppa bersikap seperti dulu padaku sebelum aku keluar dari rumah ini besok. Meski hanya sekali saja.” Kata Suzy lalu berlalu ke kamar Sooyeon.

ʚ

Myungso jadi teringat pertemuan pertamanya dengan Suzy. Saat itu ibunya mengajaknya bermain kerumah tetangga mereka—yang juga sahabat orangtuanya—karena anak tetangga mereka yang tinggal di Gwangju sedang liburan ke Seoul. Ibunya memintanya untuk menemani yeoja itu agar tidak kesepian selama di Seoul. Saat melihat Suzy, myungso langsung menyukainya dan menganggapya sebagai adik perempuannya. Myungso memang mendabakan seorang adik mengingat dia anak tunggal dan selalu menanti-nanti liburan sekolah untuk kembali bertemu Suzy.

Sewaktu Suzy memutuskan pindah sekolah ke Seoul dan satu sekolah dengannya, myungso sangat girang dan menjaga Suzy seperti adik perempuan yang sangat dia sayangi. Tapi semuanya berubah…

Pikirannya kembali melayang saat pertama berkenalan dengan Park jiyeon.

Saat itu dia sedang mencari Suzy dan ingin mengucapkan selamat pada sahabatnya dan saat akhirnya berhasil di temukan yeoja itu ternyata tidak sendirian. Dia bersama seorang yeoja cantik dengan mata berbinar. Jika tatapan Suzy adala tipe tatapan yang hangat dan menenangkan, maka mata yeoja itu tipe mata yang riang dan cerah. Dan saat melihat mata itu myungso langsung jatuh cinta.

Setelah memendam cinta selama satu tahun, myungso akhirnya meminta bantuan dan saran dari Suzy tentang Park Jiyeon dan berkat dorongan dan saran sahabatnya itu dia akhirnya bisa mendapatkan Park Jiyeon. Dan bahkan dia sering meminta bantuan Suzy untuk memberi kejutan dan tips-tips untuk kelancaran hubungan mereka dan sabatanya itu akan membantunya dengan senang hati.

Dan saat dia depresi karena di tinggal Jiyeon begitu saja, suzy kembali datang sebagai penyelamatnya. Yeoja itu bersedia menjadi ibu untuk anaknya di usianya yang masih sangat muda dan mengorbakan masa depan dan impian suzy untuk menjadi Desainer hanya untuk merawat dan membesarkan anaknya.

Tapi hanya karena yeoja itu tidak menolak sama sekali perjodohan mereka yang di atur orang tuanya dan juga hanya karena Jiyeon selalu cemburu pada suzy—yang menurut Jiyeon Suzy mencintai Myungso dan ingin merebut Myungso darinya—yang selalu di bela myungso membuat dia dan jiyeon selalu bertengkar hebat. Jiyeon selalu ketakutan Suzy akan merebut Myungso darinya karena menurut jiyeon lagi Suzy selalu mendapatkan apa yang menjadi impiannya. Dan saat jiyeon akhirnya meninggalkannya, Myungso menjadi membenci dan menganggap suzy sebagai musuh.

Padahal kalau myungso mengingat-ingat lagi, justru suzy adalah dewi penolong mereka. Tapi kenapa dia malah membenci dan menyakiti yeoja itu sangat dalam. Kenapa seolah-olah hanya dia dan jiyeonlah yang menjadi korban. Dan bagaimana dengan janjinya dulu ntuk menjaga dan melindungi Suzy?

“Aku sudah lelah dan menyerah oppa,” kata Suzy tadi pagi saat Myungso melihat Suzy membereskan barang-barangnya dan Sooyeon ke dalam mobil yeoja itu. Saat itu Myungso bertanya apa Suzy yakin dengan keputusannya. Entah kenapa dia merasa berat melepas istrinya itu. Mungkin dia sudah terbiasa dengan keberadaannya.

“Lalu apa kamu harus secepat ini pergi? Kamu tidak usah terlalu buru-buru, kita bahkan belum bercerai?” Myungso sudah memutuskan untuk mengabulkan permintaan Suzy tadi malam. Untuk bersikap lebih hangat padanya.

“Apa bedanya oppa, itu hanya masalah waktu,”kata suzy menghentikan aktifitasnya memasukkan beberapa mainan Sooyeon yang berserakan di rung tamu sementara gadis kecil itu masih tidur.

Suzy memang sengaja bangun pagi-pagi buta untuk membereskan barang-barang mereka dengan harapan dia sudah bisa meninggalkan rumah saat mengantar Sooyeon ke sekolah. Dan mendengar suara ribut-ribut membuat Myungso terbangun. “Sebenarnya aku masih ingin menghabiskan waktu bersamamu tapi aku tahu itu percuma karena aku tahu oppa yang tidak mau menghabiskan waktu denganku dan itu hanya membuatku terluka dan sakit saja.”

“Aku… bukan…” Myungso bingung mengutarkan maksudnya. Dia ingin berkata ‘aku akan mencoba memperbaiki sikapku dan membantumu membuat ‘kenangan indah’ sebelum berpisah… tapi justru mulutnya hanya mengeluarkan gumanan yang tidak jelas.

Suzy terkekeh mendengar Myungso. Ada perasaan senang menyeruak dalam hatinya karena myungso berbicara banyak padanya. Hal yang sudah lama sekali tidak mereka lakukan. Ah mungkin namja itu sedang mengabulkan permintaanya untuk bersikap hangat, itulah yang di pikirkan Suzy.

“Kenapa kamu bersikap seolah-olah tidak ingin melepasku,” kata Suzy bergurau, tapi myungso terdiam. Dia merasa perkataan Suzy tepat sasaran. Suzy yang melihat itu hanya tersenyum, “Oppa jangan pasang muka dingin begitu lagi, aku hanya bercanda. Aku tahu oppa bukan tidak ingin aku pergi, tapi karena tidak ingin Sooyeon pergi kan?”

“Mianhae untuk Sooyeon oppa, mungkin aku tidak bisa mengalah. Meski kamu dan Jiyeon tidak setuju aku tetap akan membawanya, karena hanya dengan ada dia aku baru bisa hidup dengan benar. Kalau sooyeon tidak ada mungkin aku tidak punya tujuan hidup lagi. Tapi aku berjanji begitu aku bisa hidup tanpa Sooyeon, aku pasti akan mengembalikannya pada kalian. Ah selesai!” kata Suzy begitu dia selesai mengepak semua mainan Sooyeon. “Aku harus menyiapkan sarapan dan membangukan Soyeon, oppa kamu juga sebaiknya mandi saja,” kata Suzy sambil berjalan ke dapur.

Myungso yang masih sibuk dengan pikirannya tiba-tiba tersadar saat mendengar bunyi pesan masuk di ponselnya.

From: Suzy

Oppa maaf kalau aku lancang dan tidak memberitahumu terlebih dahulu. Aku sudah mengurus kepindahan Sooyeon dan membawanya pergi bersamaku.Aku belum siap kehilangannya dan aku takut kamu dan jiyeon akan buru-buru mengambilnya dariku.  Tapi seperti janjiku aku akan mengembalikannya jika aku sudah bisa hidup tanpanya.

Jongmal Mianheyo…

ʚ

Suzy menghentikan mobilnya di sebuar rumah bergaya minimalis di kota Changwon. Dia mendesah nafas lega akhirnya setelah tiba di depan rumah yang jadi tujuannya. Menempuh waktu selama empat jam dari Seoul ke kota ini dengan perasaan takut dan was-was bahwa myungso dan Jiyeon akan mengejarnya cukup menguras tenaganya. Dia melirik jam tangannya, jam lima sore.

“Seharusnya Soojung dan Sulli sudah pulang,” gumannya sambil meraih tasnya dari jok belakang mobil untuk mencari ponselnya.

54 Panggilan tak terjawab dari Kim Myungsoo.

Suzy kembali mendesah nafas berat. Rasa bersalah kembali merayapi hatinya melihat begitu banyaknya panggilan Myungso—dia memang men silent ponselnya—padahal sebelumnya suaminya ah sekarang mantan suaminya itu tidak pernah menghubunginya sekalipun setelah mereka menikah. Namja itu pasti takut setengah mati saat dia membawa kabur anaknya.

“Mianhae oppa… paling tidak kamu masih punya Jiyeon sementara aku tidak punya siapa-siapa lagi,” kata Suzy lagi sambil melirik Sooyeon yang tertidur di sebelah Suzy. Setelah menguatkan hati dia menghubungi nomor di ponselnya.

“Soojung-ah… aku sudah ada di depan rumahmu, kamu dimana?” tanya Suzy begitu sambungan teleponya di angkat.

“Kamu sudah tiba? Ya sudah kamu langsung masuk saja. Aku dan sulli masih dalam perjalanan tapi sebentar lagi sampai. Aku sudah memberi paswordnya kan?”

“Oh, ne… tapi kalian jangan lama-lama, sebentar lagi Sooyeon pasti akan bangun dan meminta makan kami belum makan dari tadi siang, jadi jangan lupa belikan makan sekalian ne…”

“Arrasoo, kami akan membelikan makanan. Kamu istrirahat dulu saja sampai kami tiba.”

“Oh..ne Gomawo. Kalau begitu aku tutup,” kata Suzy mengakhiri sambungan telepon.

Begitu menutup telepon Suzy meraih tasnya kemudian keluar dari mobel lalu menuju pintu satunya dan mengangkat Sooyeon dalam gendongannya lalu melangkah masuk rumah Soojong setelah yakin mobilnya sudah terkunci dengan baik.

“Eomma, kita dimana?” Tanya Sooyeon yang terbangun saat Suzy hendak menidurkan gadis kecil itu di sofa ruang tamu soojung. Dia tidak berani masuk kamar karena penghuninya belum datang.

“Eoh, kamu sudah bangun. Eomma pikir kamu akan tidur terus,” gurau Suzy melihat wajah bingung Sooyeon karena baru bangun plus berada di tempat asing. “Ini di rumah teman Eomma.”

“Cingu, nugu?”

“Soojung ajhuma. kamu masih ingat dengannya kan?” Sooyeon mengangguk mengerti.

“Kenapa kita disini dan tidak pulang ke rumah saja.”

“Sooyeon-ah… kamu sayang dengan eomma kan?” gadis kecil itu mengangguk dengan pasti. “Mulai hari ini dan seterusnya, kita tidak bisa pulang lagi ke rumah dan untuk sementara kita tinggal di sini saja.”

“Waeyo?”

“Eomma dan Appa tidak bisa tinggal serumah lagi, jadi Sooyeon dan Eomma harus pindah.”

“Waeyo? Apa appa tidak mau tinggal bersama kita lagi? Apa appa tidak sayang dengan Sooyeon lagi,” ujar gadis kecil itu mulai terisak. Suzy jadi tidak tega melihatnya.

“Aniyo… bukan begitu Sooyeon-ah. Appa sayang dengan Sooyeon, tapi appa tidak bisa tinggal dengan eomma lagi. Jadi Sooyeon harus tinggal bersama eomma…” mendengar pejelasan Suzy Sooyeon malah semakin menangis kencang. “Waeyo? Kamu tidak mau tinggal dengan Eomma? Kamu lebih suka tinggal dengan apa?” tanya Suzy sedih.

“Aniyo… aku lebih suka tinggal dengan appa dan eomma…kalau aku rindu salah satunya otthe?”

“Mianheyo chagi… tapi nanti kalau Sooyeon rindu dengan appa kita bisa menemui appa. Othhe?”  kata Suzy menawar.

“Jinchayo?” tanya Sooyeon mulai berhenti menangis dan di jawab anggukan oleh suzy.

“Ne… tentu saja. Tapi kalau Sooyeon libur sekoah saja ne,” tawar Suzy lagi. Gadis kecil itu masih menatap Suzy tanpa memberi reaksi. “Kamu pasti senang di sini. Selain ada Soojung ajhuma, ada Sulli ajhuma juga. Sooyeon kan suka dengan sulli ajhuma,” kata Suzy kembali membujuk Sooyeon. Dia tahu Sooyeon sangat menyukai Sulli karena yeoja itu sangat cerewet dan kekanakan. Dan yang lebih penting Sulli suka membelikannya hadiah. Untungnya Sooyeon adalah anak yang sangat mudah di bujuk.

“Siapa yang menyebut-nyebut namaku,” tiba-tiba terdengar suara sulli yang cempreng. Suzy dan Sooyeon sontak menoleh dan melihat Soojung dan Sulli ang baru masuk.

“Ajhumaa!!!” tariak Sooyeon senang begitu melihat ajhuma kesayannganya datang. Bocah itu langsung berlari ke arah Sulli.

“Ck… jadi Cuma Sulli ajhuma saja yang di peluk, aku tidak! Padahal Aku membelikan banyak makanan lo…” kata Soojung mengintrupsi adegan penuh bahagia di sebelahnya.

“Soojung ajhuma, aku juga merindukanmu,” kata Sooyeon melapas pelukan dari Sulli dan memeluk Soojung.

“Kajja kita makan, kalian pasti sudah sangat apar,” kata Soojung begitu selesai di peluk Sooyeon. “Aku sudah membelikan banyak makanan khusus untuk Sooyeon yang cantik.”

“Gomawo ajhuma.”

………..

“Rumahmu bagus,” kata Suzy pada kristal.

Mereka sudah selesai makan malam dan sedang duduk-duduk di depan tv sambil sekali-sekali mengamati Sooyeon yang sedang asik menonton acara kartun.

“Gomawo… lalu apa rencanamu berikutnya?” tanya soojung pada Suzy.

“Molla… aku juga tidak tahu. Mungkin yang pertama aku akan mencari pekerjaan.”

“Sebenarnya apa yang terjadi? Kenapa kamu tiba-tiba ingin kabur begini?” tanya Sulli penasaran.

Sulli dan Kristal memang tahu bagaimana keadaan pernikahan sahabat mereka itu dan apa yang terjadi padanya. Tapi selama ini Suzy tidak pernah berfikiran untuk meninggalakan Myungso apalagi bersembunyi dari naja itu. Makanya saat mendengar Suzy ingin kabur dan bersembunyi di tempat Soojung membuat mereka khawatir. Suzy bukanlah orang yang suka kabur dari masalah, jadi pasti ada sesuatu yang besar samapi yeoja itu bertindak sejauh itu.

“Tentu saja karena ketakutan. Kalian pikir kenapa sesorang kabur?” jawab Suzy santai.

“Tapi apa yang membuatmu takut?” kali ini Kristal yang bertanya.

“Jiyeon.” Kata Suzy setelah cukup lama terdiam.

“Mwo? Apa maksudmu?”

“Jiyeon sudah kembali dan ingin mengambil semuanya. Aku ketakutan dan membawa lari apa yang bisa ku bawa.”

“Suzy-ah…”

Kata kristal dan sulli prihatin. Mereka berdua tahu apa yang terjadi empat tahun lalu meski Suzy tidak bercerita. Mereka juga tahu Suzy menyukai myungso dan betapa hancurnya yeoja itu saat Myungso dan Jiyeon pacaran apalagi menikah. Mereka juga tahu bagaimana Suzy harus menikah dengan Myungso dan mengorbankan masa depan dan cita-citanya menjadi seorang Desainer—padahalsaat itu dia mendapat beasiswa dari sekolah model terkenal di Amerika—hanya untuk menjadi istri dan ibu dari anak pria yang mncintai sahabatnya. Mereka juga tahu perlakuan dingin Myungso padanya, padahal dulu Myungso sangat dekat denga Suzy. Mereka juga tahu Kalau Suzy sangat mencintai anak tirinya itu dan mereka tahu Suzy adalah orang yang sangat haus akan cinta. Jadi mereka tahu ketakutan sahabat mereka itu.

“Apa kamu tidak apa-apa?” tanya Sulli hati-hati.

“Aku akan baik-baik saja selama Sooyeon bersamaku. Karena dia adalah anakku,” kata Suzy dengan mata memerah. “ Jiyeon tidak bisa kan mengambilnya? Dia anakku kan?”

“Suzy-ah…”

“Dia anakku kan Soojung-ah. Sooyeon itu anakku. Aku merawat dan membesarkan dia dengan cintaku, jadi seharusnya dia anakku kan? Jiyeon sudah meninggalkannya begitu saja, jadi dia tidak punya hak,” Air mata Suzy mulai turun meski tidak terdengar isakan. Dia takut Sooyeon akan mendengarnya. “Tapi ternyata Jiyeon tidak meninggalkannya. Orang tuan Myungsoo oppa yang membohonginya dengan mengatakan Sooyeon sudah meninggal agar Jiyeon meninggalkan Myungso oppa. Kalau begitu apa Sooyeon masih anakku?”

Soojung dan Sulli yang tidak mengerti harus berbuat dab berkata apa hanya mampu memeluk sahabat mereka itu.

“Suzy jangan menangis lagi ne… nanti kalau Sooyeon dengar bagaimana? Dia ikut sedih nati,” kata Kristal menenangkan Suzy. Suzy langsung mengangguk dan menghapus air matanya. “Untuk sementara kamu bisa tinggal disini, Myungsoo dan Jiyeon tidak tahu kalau aku tinggal disini.”

“Kami juga bisa membantumu mencari pekerjaan. Ibunya temanku ada yang punya butik, tidak terlalu besar memang. Tapi kamu bisa memulai impianmu dari sana,” Sulli ikut menenangkan.

“Gomawo… aku tidak tahu lagi harus bagai mana kalau kalian tidak ada.”

“Cheonma… sebagai teman kita memang harus saling membantu.”

ʚ

Suzy mengedarkan pandangannya begitu ia tiba di restoran tempatnya membuat janji dengan Sulli. Yeoja itu berjanji akan mengenalkan Suzy pada temannya yang hendak memberikan pekerjaan pada Suzy. Begitu matanya menangkap gadis imut yang sedang asik berbicara dengan seseorang Suzy langsung tersenyum dan menghampirinya.

“Annyeong Sullia-ah… maaf aku terlambat.”

Sulli yang dari tadi asik berceloteh langsung mendongakkan wajahnya dan menatap Suzy yang tersenyum dan memasang wajah menyesal.

“Gwenchana, kami juga baru datang. Kamu duduk dulu, aku sudah pesankan minum,” jawab Sulli sambil menunjuk kursi kosong di sebelahnya.

“Gomawo,” kata Suzy langsung menyeruput minuman yang di depanya yang menurut pendapatnya adalah minuman itu yang di pesan Sulli untuknya, sulli yang melihat Suzy terkekeh, karena biasanya Suzy tidak pernah bersikap seperti itu. Suzy adalah gadis lembut yang sangat menjunjung tinggi sopan santun. Menyadari sikapnya yang tidak sopan—karena minum tanpa ijin dan di depan mereka ada teman Sulli—Suzy tersenyum dan meminta maaf.

“Mianhae aku kehausan… tadi urusan kepindahan Sooyeon sedikit lama. Jadi aku agak sedikit berlari tadi.”

Sulli memang sengaja memilih restoran dekar sekolah Sooyeon sehingga Suzy tidak perlu kebingungan mencari tempat ketemuan mereka mengingat Suzy baru datang kemarin ke kota ini, karena Suzy cukup menyebrang jalan dari sekolah Sooyeon.

“Lalu bagaimana sekolah Sooyeon? Apa semuanya lancar. Itu adalah Taman kanak-kanak terbaik di kota ini,” ujar Sulli berpromosi. Karena dia yang merekomendasikan sekolah itu.

“Ne semua lancar, meski Sooyeon tadi sedikit merengek tidak mau tinggal. Kamu tahu sendiri dia kurang suka berada di tempat baru. Tapi untung guru-gurunya sabar dan menyenangkan, jadi dia mulai betah. Malah aku ragu nanti dia mau ku ajak pulang,” ujar Suzy sedikit bercanda. Saat itulah dia menyadari seorang namja yang menatapnya dan Sulli sejak tadi. Sebenaranya Suzy menyadari namja itu, tapi begitu bercerita tentang anaknya Suzy memang suka melupakan sekelilingnya.

“Oh… Ini orang yang mau aku kenalkan padamu,” ujar Sulli menyadari tatapan Suzy. “Namanya Kim Jong-in dia temanku semasa kuliah dulu. Dan Jong-in-ah… ini Suzy, sahabatku semasa SMA.” Kata Sulli sambil memperknalkan mereka.

Sulli memang mengambil kuliah yang berbeda dengan Suzy dan Soojung yang tetap melanjutkan kuliah di tempat yang sama. Tapi meski begitu mereka tetap berhubungan dan bersahabat karena Suzy dan Kristal yang tetap bersahabat karena satu kampus meski beda jurusan, mengingat Sulli dan Soojung adalah sepupu yang sangat dekat. Setelah lulus Kristal memutuskan bekerja menjadi seorang manager hotel berbintang di Changwon dan setahun kemudian Sulli mengikuti sepupunya itu.

“Ini orang yang kuceritakan padamu,” kata Sulli menjelaskan pada Suzy. “Ituloh yang ibunya punya butik,” kata Sulli mengingatkan yang di beri anggukan oleh Suzy.

“Annyeong haseo… Bae Suzy immida.” Suzy memperkenalkan diri sambil mengulurkan tangannya. Jong-In yang dari tadi hanya diam sambil mengamati Suzy menyambut uluran tangan itu.

“Annyeong haseo… Kim Jong-in Immida,” balas Jong-in. “Aku dengar dari Sulli kamu sangat berbakat dibidang Desainer dan pernah mendapat beasiswa untuk belajar di luar negri, tapi kamu tolak. Boleh aku tahu kenapa?”

Suzy menatap Jong-in sebentar sebelum memutuskan untuk menjawab.

“Saya punya alasan untuk itu dan itu pribadi,” ujar Suzy sopan.

“Apa saya boleh tahu alasannya?”

“Maaf jika aku bersikap tidak sopan. Apakah untuk mendapatkan pekerjaan di tempat anda, saya harus mengungkapkan urusan pribadi saya?”

Suzy bisa merasakan Sulli agak sedikit menegang mendengar perkataan Suzy. Mengingat tempramen Jong-in yang tidak ramah, dia sedikit takut namja itu tersinggung.

“Tidak! Saya hanya penasaran. Mendengar cerita Sulli begaimana bakat dan kecintaan anda pada dunia Fashion membuat saya penasaran, kenapa anda tiba-tiba mematahkan impian anda. Kalau tidak ingin mengatakannya juga tidak apa-apa.”

“Mianhammida… saya harap itu tidak mengurangi penilaian anda terhadap saya.”

“Tentu saja tidak! Saya cukup profesional bisa membedakan masalah pribadi dan pekerjaan,” ujar Jong-in masih menatap intens pada Suzy, yang di artikan yeoja itu sebagai tatapan menilai. “Sulli memintaku memberikanmu pekerjaan di butik ibuku. Tapi aku ingin menawarkanmu bekerja di perusahaanku. Bagaimana?”

“Ta… tapi aku tidak bisa hal lain selain mendesain pakaian,” ujar Suzy bingung.

“Oh… apa aku belum cerita kalau Jong-in ini punya perusahaan pakaian dengan merek ‘K.A.I’?” ujar Sulli mengintrupsi.

Suzy membulatkan matanya menatap Sulli. Dia tahu merek pakaian itu. Meskipun dia sudah tidak menekuni hobbynya itu, bukan berarti dia tidak up-date tentang dunia Fahsion, termasuk fahsion lokal. Dan ‘K.A.I’ adalah merek pakain produksi Korea selatan yang sedang populer di korea bahkan di Asia—mengingat K-pop sedang populer, merek negri gingseng itu juga ikut meroket di seluruh dunia—dan Suzy juga mendengar jika pabrik dari perusahaan itu ada di luar Seoul. Dan menurut berita yang dia dengar K.A.I itu dari nama pendirinya yang masih muda, dan karena pemiliknya masih muda justru membuat media semakin menbesar-besarkannya dengan Head Line ‘CONTOH ANAK MUDA SUKSES DAN MEMBANGGKAN’ meski begitu wajah si anak muda sukses dan membanggakan itu belum pernah muncul sekalipun di mendia dan sekarang ada di depan mata Suzy.

“Sepertinya aku belum menceritakannya,” ujar Sulli sambil menyengir bodoh. “Tapi aku tidak perlu menjelaskannya kamu pasti sudah pernah mendengarnya.”

“Oh… tentu saja aku tahu,” ujar Suzy. “Ta… tapi. Benarkah anda pemilik K.A.I?” tanya Suzy masih tidak percaya. Dia sangat mengagumi perusahaan itu, kerana koleksi pakaian mereka yang telihat segar, ceria namu tetap elegan. Sesuai desan kesukaan Suzy.

Mendengar keraguan Suzy, Jong-in lalu memberikan kartunamanya pada Suzy.

K.A.I  FASHION

PRESIDEN DIREKTUR

KIM JONG-IN

(08xxxxxxx)

Suzy menatap Jong-in masih tidak percaya dan mengutuki sifat tidak sopannya tadi. Belum lagi keterlambatannya. Orang seperti Jong-in pasti sangat sibuk dan masih mau meluangkan waktunya untuk menemuinya. Wah, Sulli memang hebat.

“Jadi bagaimana dengan tawaranku? Apa kamu tertarik.” Ujar Jong-in menarik Suzy ke alam nyata. “Perusahanku sedang kekuranga desainer, kalau kamu tertarik kamu bisa datang besok untuk wawancara kerja.”

“Hmm… tapi aku sudah lama tidak pernah mendesain pakaian apapun kecuali untuk anakku,” ujar Suzy ragu. Perusahaan sebesar K.A.I fashion pasti membutuhkan seorang desainer profesional.

“Makanya aku memintamu untuk wawancara kerja dulu. Kita akan lihat seberapa berbakatnya dirimu dan aku juga berharap Sulli tidak melebih-lebihkan ceritanya. Kalau kamu memenuhi standarku, kamu bisa langsung berkerja. Tapi tentunya masih sebagai desainer magang, bukan desainer utama.”

“Kamsahamida… besok pasti saya akan datang. Saya akan berusaha untuk tidak mengecewakan anda,” ujar Suzy semangat melupan sejenak beban hidupnya.

“Baiklah saya harus pergi. Saya masih punya urusan lain, kalau begitu besok saya tunggu jam 10 pagi. Saya harap nada tidak terlambat,” ujar Jong-in sedikit menyindir Suzy kemudian berdiri dan meninggalkan restoran tempat mereka bertemu.

“Cukkae… akhirnya kamu mendapat pekerjaan,” kata Sulli antusia dan memeluk Suzy.

Suzy langsung mengalihkan tatapannya dari Jong-in ke Sulli.

“Gomawo… tapi aku belum tentu di terima,” jawab Suzy yang di beri gelengan oleh Sulli.

“Aku yakin kamu di terima, wawancara besok itu hanya formalitas,” kata Sulli. “Aku mengenal Jong-in cukup lama, dan dia tidak akan langsung menawarimu pekerjaan di tempatnya kalau dia tidak tertarik dengan kemampuanmu. Bahkan dia mau menunggumu meski kamu terlambat.”

“Dia bahkan belum tahu hasil desainku? Bagaimana mungkin dia tertarik. Jangan bilang hanya karena dia mendengar ceritamu, aku tidak akan percaya,” ujar Suzy curiga.

Sulli kembali tersenyum bodoh membuat Suzy yakin bahwa sahabanya yang pelupa itu sudah melakukan sesuatu tanpa ijinya.

“Apa aku belum pernah cerita?” ujar Sulli memulai dengan kalimat khasnya. “Aku pernah menunjukkan gambar desainmu padanya dan dia sangat tertarik dan memohon-mohon mempertemukanmu padanya, tapi saat itu kamu masih menikah jadi aku tidak mengabulkannya.”

“Kapan dan kenapa kamu menunjukkan hasil desainku tanpa ijinku?” ujar Suzy kesal.

“Apa aku belum pernah meminta ijinmu?” ujar Sulli sambil mengingat-ingat. “Sepertinya setelah kamu menolak Beasiswamu waktu itu. Dan saat itu Jong-in yang hendak membuka K.A.I fashion dan membutuhkan desainer jadi iseng-iseng aku menunjukkan Desain yang kamu kirim ke Amerika dulu dan dia menyukainya. Makanya saat aku meneleponya tadi malam dan memberitahu kalau kamu sedang membutuhkan pekerjaan dia langsung setuju bertemu.”

“3 tahun yang lalu?” tanya Suzy tidak percaya. “Bagaimana bisa kamu memperlihatkan hasil karya seseorang…”

Sulli buru-buru memotong kalimat Suzy.

“Sudahlah, kenapa kamu jadi berubah cerewet tiba-tiba sih?” komentar Sulli. “Harusnya kamu bersyukur, karena aku kamu mendapatkan pekerjaan dengan mudah. Kamu harus mentraktirku.”

“Arrasoo… Gomawo Coi Jin-ri dan aku akan mentarktirmu,” ujar Suzy menjahili Suzy.

Sulli menatap Suzy sebal, kenapa sahabatnya yang biasnya sangat baik hati ini menjadi menyebalkan. “Yak!! Aku sudah bilang jangan panggil aku dengan nama itu.” Suzy hanya terkekeh. Dia tahu Sulli tidak suka di panggil dengan nama aslinya itu karena Soojung pernah cerita jika saat SD ada dua orang yang bernama Jin-ri di sekola mereka. Dan sialnya gadis bernama Jin-ri satunya adalah gadis gendut, hitam, cengeng dan pernah pop di celana saat pelajaran. Sejak saat itu nama Jin-ri identik dengan yeoja tukang pop di celananya, dan karena Sulli punya nama sama dia juga jadi ikut korban bully—penghinaan—sejak saat itu Sulli mengganti namanya yang mirip dengan Soojung yaitu Soolli. Dan seiring berjalannya waktu jadi Sulli.

“Bagaimana jika kita mengajak Soojung sekalian? Ini kan sebentar lagi jam makan siang.” Ujar Sulli sambil melihat jam tangannya.

“Ngomong-ngomong kenapa kamu tidak bekerja hari ini?” tanya Suzy penasaran.

“Apa aku belum pernah cerita kalau aku punya salon di dekat sini? Karena aku pemiliknya aku bebas mau masuk atau tidak,” ujar Sulli dengan senyum polosnya yang membuat Suzy gemas ingin mencubit pipi Sulli.

“Appo… kenapa kamu mencubit pipiku?” ujar Sulli kesal sambil berusaha melepas tangan Suzy dari wajahnya. Melihat tampang Sulli yang lucu membuat Suzy tertawa. Dan sulli yang melihat Suzy tertawa lepas untuk pertama kalinya menghentikan aksinya melepas tangan Suzy.

“Sepertinya bercerai dengan Kim Myungso adalah pilihan yang tepat. Kamu jadi suka tertawa hari ini, bahkan tertawa lepas.”

Mendengar kalimat Sulli, suzy juga ikut menghentikan aktifitas tertawanya dan juga mencubit pipi Sulli.

“Molla… di sisi hatiku yang terdalam, aku sangat sedih dan merindukan Myungsoo oppa dan aku mash menyesal karena meminta bercerai dengannya,” ujar Suzy dengan tatapan menerawang. Membuat Sulli menyesal berkata seperti itu tadi. “Tapi memikirkan Myungsoo oppa sekarang sudah bisa bahagia dengan Jiyeon membuatku berusaha menyakinkan hatiku bahwa itu adalah yang terbaik meskipun aku masih sakit.”

“Suzy-ah… miahaeyo, bukan maksudku mengingatkanmu pada…”

“Gwenchana Sulli-ah, tidak perlu merasa bersalah,” ujar Suzy meyakinkan. “Dulu aku selalu hidup untuk menyenangkan orang-orang yang ku cintai tanpa pernah memikirkan diriku sendiri. Dan hari ini, untuk pertama kalinya aku melakukan sesuatu yang kusukai untuk diriku sendiri membuatku merasa seperti paru-paruku bisa sedikit bernafas lega. Dan aku memutuskan mulai sekarang ini aku akan melakukan sesuatu untuk diriku.”

Sulli tersenyum senang melihat perubahan drastis sahabatnya itu. Dia dan Soojung sudah lama khawatir dengan sikap Suzy yang tidak pernah memikirkan perasaannya sendiri.

“Gomawo Sulli-ah… gara-gara kamu dan Soojung, aku bisa merasakan perasaan lega seperti ini. Dan ini menyenangkan,” ujar Suzy tulus.

“Aku senang kalau kamu juga senang. Dan sudah seharusnya kamu memikirkan dirimu sendiri.”

“Aku hanya berharap ini semuanya tidak hanya sementara, karena biasanya segala hal yang aku cintai dan sukai akan pergi meninggalkanku.” Tambah Suzy.

TBC

Part ini naeh dan tambah flat ya… hahahaha.

Dan Cast namjanya yg aku masukin adala KAI…. (ayo tepuk tangan.. beri sambutan buat kai. hehehe) entah knp aku akhir2 ini lagi suka sama Kai ya (mgkin krn aku suka cowok kulit coklat dan wajahnya sedikit jutek ya—di hajar habis2an sama fans Kai gara2 ngejelek2 idolanya—dan juga tatapan sayu tapi tajam Kai itu sukses membuatku terpesona. Dan sepertinya si Kamjong  ini bakal jd suami potensial saya setelah Kyuhyun. Kl Myungso? Aku relakan Buat my Twins Suzy aja deh..^^)

Tp Kai ini blm tentu jadi sama Suzy lo, krn Endingnya msh rahasia (hahahaha… tertawa setan), Bisa MyungYeon, MyungZy, KaiZy atau KaiRin ( Kai-Ririn—Couple br ni, Kai sama Saya…kekekeke). tp yg pasti aku bakal usahakan happy Ending. So di tunggu aja ya…

77 thoughts on “LOVE is HARD part 3

  1. suzy sudah mulai bangkit dari keterpurukan…fighting suzy tunjukkan sm myungsoo n jiyeon kl km yeoja yg kuat…

  2. ada cast baru KAI ahh suka aku.. suzy juga udah semangai lagi tambah semangat aku bacanya.. lanjut..

  3. hwaiting suzy.. ayo bangkitt..
    buat myungsoo nyesel karena udah nyia2in kamu..

    huaaaa.. author demen ama uri KAI juga..
    sama aku juga walaupun dia item, pesek, tapi itu yang bikin dia unik.. kkkkkk~

Leave a reply to Lia Ramadhani II Cancel reply