HAPPY TOGETHER part 2

cats

 

Author                  : Dordor

Main Cast            : Bae Suzy Miss a

Kim myungso Infinite

Lee ji eun

Jang Wooyoung 2PM

Park jiyeon T-Ara

And other

Genre                   :  Romance, Family, school, friendship, dll

———————————————————————

Suzy pov

 

“kalian sudah datang..”aku langsung mengalihkan mataku dari punggung wooyoung, begitu mendengar suara ke ibuan itu. Dia berdiri di situ. Seorang pria berusia senja duduk di atas kursi roda di dorong wanita cantik berumur kira-kira lima tahun lebih tua dari mom, kalau aku tak salah menebak. Wajahnya memang tidak terlalu mirip mom tapi wanita itu dan pria di kursi roda itu dan mom memiliki mata, hidung dan dagu yang sama.

“ ne, ajhuma. Ka..”omongan ji eun terpotong karena wooyoung tiba-tiba menariknya. Seperinya pria itu berfikir kami perlu waktu  untuk berbicara. Setelah tinggal kedua sepupuku itu, aku malah jadi bingung harus berbicara apa. Jika ini dalam keadaan biasanya, aku pasti tidak akan begini. Aku termasuk orang yang mudah bergaul. Tapi, jika kalian di situasiku sekarang aku yakin kalian juga akan bertingkah sama.

“jadi kamu adalah soo ji?” tanya wanita itu sambil mendekatikut. Aku bisa melihat dengan jelas mata wanita itu memerah, seperti hendak menangis. “gadias malang..kamu pasti sangat menderita karena kematian ibumu. Sendirian menghadapi semua itu. Bagaimana bisa di usiamu sekarang, sudah mengalami hal seperti itu?” kata wanita itu sambil memegang pipiku lalu menangis dan memelukku. “maaf kami tak bisa menemanimu disaat-saat sulit.”

Aku hanya diam saja, aku tak tau harus berbicara apa. Sebenarnya di kepalaku ada beribu pertanyaan yang mendesak ingin di keluarkan, tapi karena semua berebut untuk yang pertama akhirnya aku hanya diam saja.

“kamu sangat mirip dengan ibumu..” kata wanita ini masih menepuk-nepuk pipiku. Aku suka dengan perlakuannya. “bagamana ji hae, tidak pernah memberitahukan tentangmu pada kami.”

Lalu mataku menangkap pria tadi yang ku yakini adalah kakekku. Dia mewariskan mata dan hidungnya pada mom. Aku melihat matanya juga memerah, tapi dia tak berkata apa-apa. Melihat arah pandangku, ji-young ajhuma ikut menoleh.

“kenapa kamu tak membri salam pada kakekmu? Dia sangat mencemaskanmu dan merasa sangat bersalah hingga dia sakit begitu.”

“Hallo..apa kabar,” kataku kaku. Aku tak tau harus berkata apa, dan aku belum pernah berada dalam situasi begini.

“Kalian bertiga sama persisi..” aku menoleh pada bibi ji-young, dia sudah tidak memegang wajahku lagi. “kamu, ibumu dan dia.” Katanya menjawab kebingunganku. “sama-sama kaku.” Sambil menunjuk kearah pria itu.

“sana, beri dia sebuah pelukan. Kesehatnnya menurun karena memikirkanmu beberapa hari ini.” katanya lagi sambil mendorong bahuku halus. Aku pun mendekati pria itu yang duduk di kursi roda. Pria itu tak menunjukkan ekspresi apa-apa di wajahnya, persisi seperti mom saat berada dalam keadaan canggung.

“ha..hai..” kataku kaku saat aku sudah berdiri di depannya. “a..aku, soo ji tapi panggil aku suzy saja. Ak..” aku langsung terdiam begitu dia meraih tanganku dan menarikku ke pelukannya. Lalu dia berkata dengan suara serak karena menangis.

“maafkan aku..maafkan aku. Ini semua salahku. Maafkan aku..”

…………………………………….

Seumur hidupku baru kali ini aku merasakan makan malam lengkap, meskipun tak bisa di bilang lengkap. Ada kakek, ada bibi atau ibu ada saudara sepupu. Rasanya hangat menenangkan. Selama ini makan malam keluarga yang pernah ku rasakan hanya berdua dengan Mom. Aku merasa canggu dan tak banyak bicara kecuali ketika di tanya.

“kenapa? apa masakannya tidak enak..”

“eh..tidak. enak kok.” Kataku menjawab pertanyaan eh..ajhuma–aku masih agak canggung memanggilnya begitu. Sebenanya kalau boleh jujur, aku tak menyukai makanan ini. aku terbiasa dengan makanan amerika yang tidak terlalu banyak bumbu dan rasa, dan sekarang semua makanan yang mereka hidangkan benar-benar aneh di mulutku..dan rata-rata makanan ini di dominasai pedas dan asem, tapi aku kan tak mungkin bilang kalu ini tidak enak, mereka sudah susah payah menghidangkan ini untukku.

“Tidak usah memaksakan, dari ekspresimu saja kami tau kamu tidak menyukainya,” kata wooyoung. Apa memang begitu terlihat di wajahku.

“apa memang begitu terlihat?” ais bodohnya. Mulutku ini memang sangat suka bertindak sendiri. Bagaimana jika mereka tersinggung.

Di luar dugaanku mereka semua malah tertawa.

“eomma, bagaimana bisa kau hanya menghidangkan masakan khas korea. Kamu tidak lupakan dia itu lahir dan besar di amerika. Dia pasti tak menyukainya.” Omel wooyoung, masih sambil tertawa.

“ah, bukan begitu. Ini benaran enak kok, hanya..” kataku tak enak. “..aku belum pernah makan masakan korea sebelumnya, jadi ini terasa aneh di lidahku. Aku hanya perlu membiasakannya.”

“itu sama aja..” kata wooyoung.

“aku pikir karena ini kunjungan pertamanya ke korea, sebaiknya aku menghidangkan masakan khas korea saja. Biar dia mengenal budaya kita,” kata bibi ji-young dengan nada kecewa. Aku benar-benar merasa bersalah.

“eis, apa eomma pikir dia turis. Di kunjungan pertamanya di hidangkan masakan tradisional? Dia akan menetap di sini..yang di perlukannya menyesuaikan bukan mencicipi.” Omel wooyoung lagi.

“memang wanita di rumah ini tak bisa di andalkan.” Lanjutnya sambil geleng-geleng. Dan dua sendok langsung melayang ke kepalanya. Tentu saja dari kedua wanita yang sudah bekerja keras tapi tak di hargai. Wooyoung akan membalas mereka jika tak di hentikan suara berdehem dari kakek

“apa kamu sungguh-sungguh belum pernah makan masakan korea?” tanya bibi jiyoung yang ku jawab dengan anggukan. “sama sekali..” aku mengangguk lagi. “ckckc, ji-hae benar-benar..”

“aku hanya pernah makan masakan asia dari indonesia, jepang dan chinese, itu pun saat aku berkunjung  ke rumah sahabatku sharon. ibunya orang keturunan indonesia-china dan ayahnya campuran amerika-jepang. Selain itu aku belum pernah memakannya.”

“apa ji hae ajhuma tak pernah memasakkan untukmu?” tanya ji eun penasaran. Sepertinya acara makan malam ini akan berubah menjadi saat introgasi.

“ehem..ji eun, suruh bibi jang menyiapkan daging steak sekarang. Jangan lama.” Kata pria tua, eh maksudku kakek –aku belum terbiasa memanggilnya begitu.

“aih, haraboji..kenapa nada bicaramu seperti itu. Kaku kekali,” kata ji eun sebelum berdiri dari kursinya.  “kamu tak akan terlihat keren jika bersikap seperti itu.”

“eis, anak ini.. siapa yang ingin telihat keren!” kata kakek sedikit geram. Namun, siapa pun bisa menebak dari wajahnya yang terlihat salah tingkah. Aku menyukai keluarga ini dan tiba-tiba merasa senang karena aku adalah bagian dari mereka.

“kakekmu ini memang suka bersikap kekanakan suzy-ah. Dia pikir dengan bersikap sok tegas begitu dia akan terlihat keren,” kata bibi ji-young yang di ikuti anggukan wooyoung. Aku benar-benar tak tahan ingin tertawa.

“yak! Kalian semua ini benar-benar…”omel kakek dengan suara yang semakin panik. “Apa salahnya jika aku ingin terlihat keren di depan cucuku.” Dan semua yang di meja makan langsung tertawa.

Keluarga ini benar-benar sangat amah, bersemangat, hangat dan menyenangkan. Mugkin aku akan bisa betah.

……………………………….

Aku sangat yakin sekarang ada lingkaran hitam di sekitar mataku. Yeah, aku tak bisa tidur.

Mungkin karena perbedaan waktu antara seoul dan new york yang sangat jauh. Jika disini malam maka di new york adalah siang. Aku belum terbiasa dengan perbedaan waktu itu. Tapi mungkin juga karena in tempat baru, dan asing.  Padahal, aku pikir aku akan langsung tertidur begitu melihat kasur mengingat sepanjang perjalanan ke seoul aku tak bisa tidur sama sekali. Namun, sialnya aku tak bisa.

Untung di new york masih terang sehingga aku bisa menghabiskan waktu chating dengan sahron. Gadis itu benar-benar heboh begitu aku menghubunginya. Aku bisa membayangkan bagai mana ekspresinya. Aku jadi benar-benar merindukannya sekarang. Jadi semalaman suntuk aku menghabiskan waktuku untuk chating dengan sharon. Dan itu berakibat fatal untukku hari ini.

Bagaimana tidak! Hari ini aku mulai sekolah –jangan tanya bagaimana aku langsung bisa sekolah padahal aku tiba di negara ini belum ada duapuluh empat jam padahal surat pindah dari sekolahku dulu masih di koperku. Kakek menggunakan kekuasaannya, sepertinya kekuasaan pria tua itu memang mengagumkan. Mereka beralasan, karena aku berada di kelas akhir sekolah sebelum mengikuti ujian akhir, aku harus masuk sekolah secepatnya. Huh, tidak bisakah aku tidur hari ini saja?

“suzy-ah palli..!” teriak ji eun bersemangat dari bawah. Gadis itu kelihatannya memang selalu bersemangat. Dengan semangat yang seadanya aku mengambil ranselku dan bergabung dengan ji eun di bawah ntuk sarapan.

“kemana larinya semangatmu cantik..” tanya ji-young ajhuma –dia memaksaku memanggilnya begitu, katanya dia tak suka aku memangilnya dengan bahasa asing. “dan apa make-up seperti itu sedang tren di amerika?” aku hanya terkekeh. Aku tau maksudnya, sudah pasti mata pandaku. Sudah da hari aku tak bisa tidur.

“aku tak bisa tidur semalam ajhuma. karena perbedaan waktu.” Jawabku setelah aku duduk di samping ji eun yang sibuk melahap sarapannya.

“haraboji, ini semua salahmu,” tuduh ji-eun pada kakek yang juga ikut sarapan. “bagaimana bisa kau dengan sangat tega langsung mendaftarkannya sekolah, padahal dia kan baru tiba kemarin. Haraboji memang sangat kejam, ckckck..” kata ji-eun sambil geleng-geleng.

“Dasar bocah ini. Tak ada sopannya sama yang lebih tua. Aku hanya tak ingin dia ketinggalan pelajaran. Ini demi kebaikannya.”

“kebaikan apanya? Ini namanya penyiksaan..PENYIKSAAN” kata ji-eun penuh penekanan pada kata terakhir. “bagai mana jika dia pingsan karena kelelahan, lalu..la..”

“ya..ya..bocah sepertimu bagai mana bisa menuduh orang yang sudah tua  begitu..”

“hiraukan saja,” kata ji-young ajhuma sambil membawa segelas susu untukku. “mereka selalu begitu. Kamu baru boleh merasa heran jika mereka tak adu mulut.” Aku lalu mengangguk.

“ngomong-ngomong di mana woyoung..oppa”begitu menyadari dia tak ikut sarapan. Dan satu lagi aku juga dipaks memanggilnya dengan embel-embel oppa, aku tak terbiasa memanggil seseorang dengan sopan. Ah, aku benar-benar harus banyak menyesuaikan diri melakukan hal-hal yang sebelumnya tak pernah kulakukan, salah satunya menggunakan seragam ke sekolah. Bukannya tak suka, hanya tidak terbiasa.

“hari ini dia kuliah siang,” kata ji-young ajhuma menjawab pertanyaanku. “jadi dia memutuskan untuk tidur samapi siang.” Ah enaknya. Aku juga ingin tidur dan bagun siang.

“tidak bisakah kalian berhenti berdebat dan menghabiskan saran kalian dengan cepat,” omel ji-young ajhuma pada kakek dan ji eun yang masih saja berdebat tentang hala-hal yang tidak penting. “aku orang sibuk, masih banyak yang harus aku kerjakan selain mendengar perdebatan bodoh kalian.”

Aku hanya geleng-geleng. Bukan hanya ji eun dan kakek sekarang yang ribut. Ajhuma juga ikut bergabung. Sepertinya penghuni rumah ini memang tak ada yang normal.

……………………………

Author POV

Hari ini, Seoul internasional high school tampak berbeda dari biasanya. Bukan hanya karena mereka kedatangan murid baru yang sangat jarang sekali terjadi bahkan bisa di katakan sangat langka, tapi juga karena ternyata murid baru itu seorang perempuan dan yang paling menghebohakan itu, gadis itu sangat luar biasa cantik.

Hal itu menjadi topik hangat di sekolah bergengsi itu. Para murid namja mengagumi kecantikannya dan berusa menarik perhatian si murid baru dan juga sibuk menyusun rencana untuk mendapatka hati gadis itu. Sementara para murid yeoja lebih heboh lagi, mereka ada yang iri, mengagumi, berusa mengajak berteman dan sibuk mencri-cari kekurangan si murid baru itu.

Ji eun yang adalah murid biasa memang bukan murid kuper hanya saja dia tidak termasuk dalam golongan siswa populer selain karena badannya yang mungil juga karena dia tidak memiliki sesuatu yang mampu menarik perhatian secara besar-besaran, tapi sepertinya dia punya cukup banyak teman. Meski begitu, dia tak pernah menjadi pusat perhatian dan cukup menikmati kehidupannya selama ini akhirnya bisa merasakan juga menjadi pusat perhatian. Dan dia sangat menikmatinya, dan mengerti kenapa orang-orang rela melakukan apa saja agar jadi terkenal.

Sebenarnya yang menjadi pusat perhatian satu sekolah hari ini bukan ji eun, namu suzy. Tapi mengingat dia selalu membuntuti suzy kemanapu hari ini layaknya tour gaet, ikut kecipratan juga. Tiba-tiba dia menhadi populer dan namanya disebut-sebut hampir di seluruh penjuru sekolah. Yeah meskipun dengan kaliamat seperti

Itu lo, murid baru yang cantik itu. Dia sepupu ji eun..

Ji eun ternyata punya sepupu yang sangat cantik..

Dia selalu bersama ji eun..

Kamu cari saja ji eun, kamu pasti akan melihat dia..

Aku tak menyangka ji eun bisa punya sepupu..

Lihat tingkah si ji eun, gayanya sudah seperti selebritis saja. Padahal kan dia Cuma sepupunya…

Untuk mendekatinya, bagaimana jika kita mendekati ji eun..

Ya kalimat-kalimat seperti itu. Intinya tetap yang di bicarakan adalah suzy.

Sementara oarang yang menjadi pusat perhatian merasa tidak nyaman. Kemapun dia melangkah semua mata menatapnya. Dan itu membuat dia merasa seperti di awasi, dan suzy benci situasi seperti itu. Banyak yeoja yang menatapnya tak suka, padahal dia tak tau apa salahnya. Bukan hanya itu, sudah beberapa kali dia mendapat pernyataan cinta dari murid namja padahal ini baru pertama mereka bertemu.

Dan dari semua itu yang paling di benci suzy adalah, ketika para yeoja mendatanginya dan mempertanyakan keaslian wajahnya. Seperti ketika ia duduk sendirian di kanti dan ji eun memesan makanan. Tiba-tiba empat orang yeoja menghampirinya dengan dandanan berlebihan. Menggunakan aksesoris warna pink, mulai dari bando, anting, gelang, kaus kaki, sabuk dan handphone, plus rok duapuluh centi di ats lutut dan make-up tebal.

“kamu melakukan operasi dimana? Hasilnya sangat luar biasa. Terlihat sangat alami.” Kata salah satu di antara mereka.

“operasi? Operasi apa?” tanya suzy bingung.

“suah tak usah malu. Itu bukan sesuatu yang perlu di sembunyikan, hampir semua wanita di negara ini pernah melakukannya.” Kata yeoja itu lagi. Ketiga temannya hanya mengangguk setuju. “apa kamu melakukannya di amerika atau di korea.” Tanyanya lagi.

Suzy memandangnya semakin bingung, tidak mengerti arah pembicaraan mereka. akhirnya dia memutuskan tak menjawab dengan harapan yeoja-yeoja itu akan bosan dan meninggalkannya. Ternyata dugaanya meleset. Yeoja itu terus saja berbicara.

“tapi aku rasa ini tidak di korea.” Katanya sambil memegang dagunya, berfikir. “aku sudah mengenal semua ahli bedah plastik terbaik di negara ini, tapi tak ada yang sebaik ini. jadi pasti itu dilakukan di amerika.”

Suzy benar-benar syok. “Apa katanya? Bedah plastik? Wanita ini benar-benar sudah sinting” katanya dalam hati

“sepertinya predikat negara ini sebagai negara dengan dokter bedah plastik terbaik patut di pertanyakan lagi,” katanya terus mengoceh tanpa peduli dengan wajah syok suzy. Dan ketiga temannya hanya mengangguk-angguk. Mungkin mereka tidak bisa bicara, pikir suzy.

Ada lagi yang membuat suzy lebih jengkel.

Ketika dia di depan toilet menunggu ji eun yang sedang mencret, tiba-tiba ada dua orang yeoja menghampirinya.

“aku salut dengan dokter yang melakukannya,” kata salah satu dari mereka menunjuk wajah suzy.

“ia, benar-benar terlihat alami..” Kata yeoja satunya, “..bekas operasinyapun tak terlihat.”lanjutnya dengan seenaknya meraih dagu suzy mengamati seluruh leher dan tengkuk suzy dengan teliti mencari tanda-tanda operasi. Suzy ingin murka saat itu, namun di tahannya mengingat dia adalah murid baru. “sangat profesional.” Lanjutnya lagi.

“tapi seharusnya kamu tak hanya merapikan wajahmu, kamu juga seharusnya merapikan gigimu agar tak terlihat seperti gigi kelinci.”

Cukup!

Suzy benar-benar tak tahan lagi. Dia menepis tangan yeoja itu dan meninggalkan mereka tanpa berkata sepatah katapun.

Apa semua orang korea sangat menyebalkan begitu. Semuanya sembarangan menuduh dan mengambil kesipulan sendiri. Benar-benar menyebalkan! Teriaknya dalam hati.

……………………..

“ya, kenapa kamu meninggalkanku di toilet tadi?” tanya ji eun begitu memasuki kelas mereka. “kamu tau aku kebingungan mencarimu, aku kira kamu tersesat.”

“maaf..”kata suzy merasa bersalah, ia lupa memberitahu ji eun tadi. “aku hanya kesal pada yeoja-yeoja yang suka menggangguku tentang operasi plastik.”

“jadi apa kamu benar-benar tak melakukan operasi?” ji eun langsung duduk di kursi samping suzy dan bertanya antusias. Err..suzy benar-benar ingin memakan ji eun jika dia tak ingat yeoja itu adalah sepupunya. “arraso, aku hanya bertanya. Aku tau itu semua asli.” Kata ji eun seoalah mengerti arti tatapan suzy.

“jadi apa kamu sudah memutuskan ikut eskul mana?” tanya ji eun mengalihakan pembicaraan. “setiap siswa di wajibkan mengikuti minimal salah satu estrakurikuler.”

“apa hanya bisa mengikuti satu eskul saja? Apa boleh ikut eskul lebih dari satu..” tanya suzy. Dia bingung mengukuti eskul apa yang harus di ambilnya.

“memang kamu ingin ikut apa saja?” tanya ji eun penasaran.

“di sekolahku yang dulu, aku mengikuti eskul seni dan musik, juga acting. Jadi disini aku juga ingin mengikuti eskul seperti itu.”

“aku pikir itu bukan masalah, asal kamu bisa membagi waktu.” Jawab ji eun. “aku ikut eskul musik, berarti kita akan ikut satu eskul dong.” Kata ji eun semangat.

“ngomong-ngomong kamu bisa main alat musik apa saja?”

“Piano, biola dan gitar..tidak terlalu menguasai tapi cukup mampu.” suzy sedikit berbohong. Dia  sebenarnya menguasai dengan baik semua alat musik, dan sudah sering ikut festival dan sering ikut kompetisi. Dia sering menang dan peringkat paling rendah yang  di terima adalah juara empat. Karena itu ibunya  selalu menyebutnya titisan dewi musik. Suzy memang sangat mudah mempelajari alat musik, musik itu seperti jiwanya.

“wah daebak..” kat ji eun kagum. “aku hanya bisa bermain gitar dan menyanyi.” Lanjutnya. Kemudian matanya kembali berbinar-binar. “pasti di sekolahmu dulu kamu sangat populer, pintar main musik dan juga cantik”

“aku tak terlalu mahir, hanya sekedar bisa saja.” Kata suzy. “aku mungkin punya banyak teman, tapi kalu di bilang populer tidak juga. Di sekolahku dulu banyak cewek-cewek cantik dan seksi bahkan mereka sebagian adalah model yang sangat terkenal. Jadi untuk populer di sekolahku kamu tak cukup hanya pintar main musik, kamu juga harus punya badan seksi.” Jelasnya.

“benarkah?” tanya ji eun kagum membayangkan punya teman sekolahnya banyak model berarti suzy sekolah di sekolah cukup bergengsi. “Tapi kamu juga sangat cantik.”

Suzy tertawa mendengar perkataan ji eun, senang di bilang cantik, oh ayolah dia juga perempuan suka di puji. “trimakasih,” katanya. Ji eun sangat tertarik tentang amerika dan ingin bertanya lagi ketika suzy menyuruhnya diam dan menunjuk kearah depan, dan ternyata guru Park, guru matimatika mereka sudah masuk kelas. Dengan bibir mengerucut dia menegakkan tubuhnya dan mengeluarkan buku pelajarannya, dia tak suka mate-matika dan paling benci menghitung.

………………………………

“kalian masuklah. Aku harus ke kampus, setengah jam lagi aku ada kuliah.” Kata wooyoung begitu mereka tida di depan rumah mereka. hari ini memang di yang bertugas menjemput kedua sepupunya itu atas paksaan kakeknya karena supir mereka mengantar ibunya untuk urusan pekerjaan, padahal dia masih ada kuliah satu jam lagi.

“baiklah,” kata ji eun sambil membuka seatbeltnya.

“gomawo, oppa,” kata suzy sebelum turun dari mobil. “hati-hati.” Katanya lagi begitu ia turun dari mobil dan bersiap pergi. Wooyoung hanya menjawab dengan senyum dan anggukan.

“kajja, kita masuk. Haraboji pasti sudah sangat kelaparan gara-gara menunggu kita.” Ajak ji eun begitu wooyoung menghilang di balik gerbang rumah mereka.

“haraoji..” teriak ji eun sambil berlari dan memeluk kakeknya yang menunggu mereka di ruang tamu. “kenapa kamu disini?”

“Aku menunggu kalian. Kenapa kalian pulang lama sekali?” kata kakeknya, “kalian tau aku mulai merasa bosan dan kelaparan.” Rajuknya.

“Aigo, sapa yang menyuruhmu menunggu kami, kenapa tak langsung makan saja.” Kata ji eun melepas pelukannya, dan dengan perasaa cangung suzy ikut memeluk kakeknya.

“sana cepatlah kalian ganti baju, biar kita langsung makan. Aku benar-benar akan pingsan jika menunggu lebih lama lagi.” Katanya.

Suzy dan ji eun langsung beru-buru kekamarnya untuk mengganti pakaiannya dan begitu selesai mereka langsung ke meja makan karena kakeknya sudah menungu disana.

“bagaiman sekolahmu?” tanya kakek ditengah-tengah makan siang.

“meskipun agak aneh, tapi semuanya berjalan lancar.” Kata suzy apa adanya.

“apa kamu tak mengalami kesulitan?” tanya kakek lagi.

“Anio, karena ada ji eun, aku tak mengalami kesulitan yang berarti.”

“dia bohong, haraboji,” ujar jieun, sontak sang kakek menatap ji eun. Ji eun langsung menceritakan semua yang dialami suzy di sekolah hari ini.

“benarkah?” tanya kakek kagum, karena cucunya membuat para gadis cemburu. Harus dia akui cucunya itu memang sangat cantik.

“kamu terlalu berlebihan ji eun.” Kata suzy begitu ji eun selesai bercerita.

“Anio, itu memang benar. Oh ya haraboji, ternyata suzy juga pintar bermain semua alat musik, dia cerita dia bisa memainkan banyak alat musik.” Kata ji eun masih saja terus membanggakan suzy, membuat suzy sedikit malu dan senang. “Haraboji, sudah janjikan membuatkan aku studio pribadi, haraboji harus meneptinya. Biar suzy nanti bisa mengajariku.” Kata jieun.

“Oh kalau itu aku sudah dengar dari Alex Patrov.” Jawab kakek. “dia cerita, jika suzy sering menang kompetisi dan festival dan setiap kompetisi yang di ikutinya dia selalu masuk tiga besar dan sering jadi juara. Pengacara itu juga cerita suzy sangat pintar melukis.” Lanjut kakek. Ji eun langsung memndang suzy kagum. Dia sudah menduga suzy pasti pintar bermain musik tapi tak menyangka jika sepupunya itu sering menjuarai kompetisi dan di amerika lagi. Dia bertambah kagum saja sama sepupunya itu.

“Mr. Patrov terlalu melebih-lebihkannya.” Jawab suzy.

“Aku rasa tidak, ibumu juga sangat pintar menyanyi dan menciptakan lagu. Dia juga mengusai beberap alat musik dengan sangat baik, jadi tidak aneh jika putrinya juga begitu.” Jawab kakek. Kali ini suzy menatap kakeknya tak percaya. Dia tak pernah mengetahui itu, ibunya tak pernah bercerita.  Ah benar juga, Mom kan sangat tertutup, bahkan sama putrinya. Batin suzy. Dan dia semakin menyesal tak pernah mengenal ibunya sebelumnya. “kamu benar-benar sangat mirip ibumu.” Lanjut kakek, ada nada sedih dan senang dalam suara kakeknya. dan suzy senang mendengar ada kesamaanya dengan ibunya.

“benarkah.. aku senang mendengar aku mirip dengan Mom.” Katanya sedikit sedih.

“ah, haraboji! Aku dan suzy rencananya mau ke mall setelah selesai makan.”kata ji eun, mengalihakan pembicaraan yang membuat kedua mahluk didepnnya itu kembali sedih.

“ngapain pergi ke mall?” tanya kakek, merasa tak terima akan di tinggalkan lagi sendirian di rumah. Padahal dia kan masih ingin berbicara dengan suzy.

“eis, kakek..kamu tak lupa suzy baru datang kemarin dan sudah langsung masuk sekolah hari ini. Dia belum memiliki barang-barangnya sendiri. Kami perlu membeli perlengkapan pribadinya. Buku saja dia masih pinjam milikku.” Ujar ji eun.

“ah, benar juga. Apa kakek boleh ikut?”

“Tidak!” kat ji eun tegas. “kami akan berbelanja kebutuhan yeoja. Apa kakek mau ikut membeli underwear yeoja?” kakek langsung memandang ji eun negri. Membayangkan dia dengan kursi roda mengikuti kedua cucu perempuannya itu memilih under wear.

“Baiklah, tapi kalian jangan pulang terlalu malam. suzy juga perlu istirahat, diakan belum istirahat sejak kemarin,” kata kakek akhirnya.

“siap bos!” kata ji eun senang, karena akhirnya dia punya teman yeoja untuk pergi belanja. Dia memang punya sahabat di sekolah sulli, tapi yeoja itu ijin satu minggu karena ada acara keluarga, dan sulli juga tomboy tak asik di ajak belanja.

……………………………….

Suzy POV

Sudah hampir dua jam aku menemani ji eun mengelilingi mall ini dan aku mulai merasa sedikit lelah, tapi sepertinya ji eun masih semangat dan segar. Tadi dia ijin kekakek ingin menemaniku membeli kebutuhanku, namun sudah hampir dua jam, belum satu barangpun yang menjadi kebutuhanku kami beli. Tanganku dan tangannya penuh dengan tas belanjaan miliknya, tak ada satupun milikku. Sepertinya dia memang sangat menyukai berbelanja.

Sebenarnya aku juga suka belanja, aku dan sharon dulu sering menghabiskan waktu kami untuk belanja. Tapi menemani ji eun berputar-putar dari satu toko ke toko lain dan hampir memborong semua isi toko membuatku pusing juga. Hampir setiap toko yang kami datangi dia sibuk memilih dan aku tak punya kesempatan mencoba karena dia selalu sibuk bertanya pendapatku tentang barang tertentu. Kapan aku bisa berbelanja. Dan sekarang aku sedang menunggunya mencoba pakaian.

“Huh..” aku menarik nafas panjang. Sepertinya lain kali aku harus mencari alasan lain jika ji eun mengajakku berbelanja.

“otte, bagus tidak?” tanya ji eun tiba-tiba. Aku sontak menoleh ke arahnya dan mengangguk, entah sudah untuk yang ke berapa aku melakukannya. “benarkah? Katanya sambil berputar-putar . Oh, kamu juga harus mencoba sesuatu, sedaritadikan kamu belum mencoba apapun.” katanya tersadar begitu melihat kantong belanjaan yang bersekaan di sekitarku. Akhirnya dia tersadar juga.

“aku memang suka lupa diri, jika menyangkut yang namanya shoping.” Katanya lagi. Aku hanya tersenyum dan mengangguk setuju. “bailkah, mungkin aku sudah cukup berbelanjanya, sekarang giliranmu.” Katanya. Namun itu hanya katanya, begitu aku mencoba beberapa pakaian, ji eun juga ikut membeli barang-barang yang sama. Jadi sekarang kami seperti saudara kembar, setiap barang yang ku beli dia juga membeli barang yang sama persis. Huh! Sepertinya lain kali aku tidak akan mau berbelanja bersama gadis ini lagi.

BRUKK!!

Aku yang sedang membayar di kasir langsung menoleh ke belakang begitu mendengat sura itu di belakangku. Dan benar saja, ji eun dan seorang gadis beserta barang-barang belanjaannya sedang berserakan di lantai. Aku langsung sontak menolong ji eun dan membantunya berdiri, setelah itu membantu gadis itu berdiri. Ah sepertinya aku pernah melihat wajah yeoja yang bertabrakan dengan ji eun itu.

“YAKKK!!! Apa kamu tak punya mata!” kata gadis itu marah pada ji eun dan menghentakkan tanganku yang membantunya berdiri, ah aku ingat, dia teman sekolahkau juga. Gadis yang sangat cantik, tapi ji eun tak menyukainya, dia menyurhku untuk jauh-jauh dari gadis itu, tapi aku lupa siapa namaya. “aku bisa berdiri sendiri”katanya ketus.

“Cieh, kau yang tak punya mata!” kata ji eun tak kalah murka. “ makanya kalu berjalan itu lihat ke depan, jangan ke atas.”

“ya, yeoja pendek! Jaga bicaramu padaku..” kata yeoja itu, aku tau ji eun pasti akan mengamuk. Dia pernah cerita padaku paling tidak suka jika tinggi badannya di singgung-singgung, dan benar saja detik berikutnya ji eun langsung menjambak rambutnya.

“Apa kamu bilang, Yeoja pendek!! Dasar nenek sihir!!” katanya murka. Aku jadi bingung harus berbuat apa. Ini sedang di Mall dan ada banyak orang disini, aku hanya berusaha menarik Ji eun menjauh, karena mereka berdua mulai saling menjambak dan aku pun jadi ikut kena sasaran. Aku tak menyangka tenaga mereka berdua sangat kuat, sangat sulit untuk di pisahkan, untung security mall ini langsung datang membantuku melerai mereka. Dan mereka berdua langsung di giring ke ruang keamanan mall ini, tentu saja aku ikut.

……………………………………..

“wooyoung oppa.” Kataku begitu melihat woyoung datang, semua langsung menoleh kearah wooyoung. Yeah, kami akhirnya menghubungi woyoung untuk meminta bantuan, jika minta tolong kakek, ji eun takut kena marah dan kakek juga sudah terlalu tua untuk mengurusi hal beginian dan ajhuma sedang keluar kota, terpaksa pilihan jatuh ke wooyoung.

“myungsoo oppa.” Kata yeoja yang berantam tadi dengan ji eun selang berapa detik setelah wooyoung datang. Kemudian pandangan kami beralih pada pria yang berdiri di belakang wooyoung. Hmm kalau aku boleh jujur, namja itu sangat imut dan tampan. Dia menatap yeoja tadi dengan tatapan datar dan bosan, kalau aku tak salah mengartikan. Lalu yeoja itu berdiri dan memeluk namja itu. Aku tak tau kenapa tapi aku kurang suka denga tundakan yeoja itu.

“ya,  lee ji eun..apa lagi yang kaku perbuat? Apa kau tidak bosan?” aku kembali menoleh ke ji eun mendengar omelan wooyoung.

“dia yang memulai duluan,” jawab ji eun tidak terima lalu menunjuk gadis tadi.

“ya, kamu duluan yang memulai,” yeoja itu tak mau kalah.

“Itu salah mu. Kenapa kamu menbrakku dan mengataiku pendek!”

“Kamu kan memang pendek dan kamu yang menabrakkuku!”

“dasar nenek sihir, kamu yang duluan menabrakku!”

Aku dan yang lain hanya menatap mereka bergantian. Mereka kembali bertengkar lagi dan sekarang sudah berhadap-hadapan dan sepertinya akan mulai saling mencakar lagi.

BRAKKK!!!

Kepla keamanan Mall ini menggebrak meja di depannya. Sontak mereka berdua terdiam dan semua mata sekarang tertuju padanya. Ji eun dan gadis itu langsung menciut begitu melihat tatapan sangarnya.

“kalian pikir kalian dimana hah!” bentaknya marah. “kalian pikir ini pasar?” mereka berdua sontak tertunduk. “ayo sekarang baikan, aku bosan melihat tingkah kalian, ini bukan yang pertama tapi sudah berulang kalia. Dulu berantam karena rebutan barang, terus karena tabrakan, trus karena memakai barang yang sama, ahh aku sampai lupa apa saja. Jika sekali lagi terjadi, akan aku laporkan kalian ke polisi. Mau!”

“Tidak!” jawab mereka kompak.

“baiklah, sekarang kalian bersalama dan berpelukan.”

“Andew!” jawab mereka kompakan lagi dan saling buang muka.

“Oh, jadi kalian mau aku laporkan polisi?” acam security itu. Keduanya sontak menatapnya kaget dan dengan terpaksa mereka melakukan yang di perintahkannya tapi tentu saja kelihatn sekali mereka melakukannya dengan terpaksa. Begitu selesai berpelukan keduaya langsung menjauh, seolah-olah saling merasa jijik.

“Myungso, maafkan kelakuan adikku ya,” kata wooyoung  pada pria tampan tadi. Pria itu hanya mengangguk.

“Ani, gwencana, pasti jiyeon juga salah.” Jawab yeoja itu. Aku penasaran hubungan antara yeoja bernama jiyeon ini dangan pria bernama myungso. Apa mereka kakak adik? Tapi sepertinya bukan, jika dilihat dari tatapan jiyeon pada namja itu, tu seperti tatapan memuja. Apa mereka sepasang kekasih? Tapi melihat tatapan datar pada yeoja itu juga sepertinya bukan begitu. Lalu kalu bukan kenapa dia mau menjemput jiyeon. Ah mungkin mereka sepasang kekasih yang sedang bertengkar. Ya pasti seperti itu.

“Dia yang memulai duluan oppa.” Sahut jiyeon.

“kamu tak usah membela diri, aku sudah tau tabiatmu. Ini terakhir kali aku mengurusi hal beginian, jika terjadi lagi aku akan laporkan pada orang taumu.” Ancam namja itu, sukses memuat jiyeon terdiam.

“Arasso,” jawabya.

“kalu gitu kajja kita pulang” kata wooyoung lagi setelah dia meminta maaf pada kepala keamanan mall itu. Aku dan ji eun langsung mengangguk dan mengikutinya.

“Harusnya tadi ku cakar wajah angkuhnya itu,”ujar ji eun begitu kami tiba di mobil membuat wooyoung menatapnya galak.

“Ya, tidak bisakah sekali aja kamu tak membuat ulah? Aku benar-benar malu jika bertemu myungso nanti di kampuss.” Omel wooyoung.

“Kenapa kamu harus malu? Yang berantam kan aku bukan kamu,” kata ji eun tak mau kalah.

“eis, harusnya tadi aku tak usah menolongmu,” kata wooyoung frustasi

“Lagipula dia yang mulai bukan aku.” Bela ji eun.

“kau tak usah membela diri, aku tau kelakuanmu. Ckck kapan sih kamu akan dewasa,” omel wooyoung oppa lagi. Aku tidak terlalu mendengarkan perdebatan mereka lagi dan lebih memfokuskan pandanganku kearah jalanan dan tiba-tiba bayangan wajah namja nernama kim myungso itu kembali muncul lagi.

Ah sepertinya aku sudah gila.

 

TBC

 

Maaf ya krn masalah hrd disk itu, aku br bs post yg ini. sebenarnya niatnya blm TBC di sini, tp krn blm bs berhenti nangis terpaksa aku buat tbc di sini dulu. Yg ini memang msh dlm masa pengetikan jd blm tak save di hard diskku (waaaaa…sedih lg ke ingat hard disk), jd alhasil myungso munculnya dikit bgt ( dia sibuk menghiburku yg lg sedih). Ahh g tau lah, aku gak bisa mikir….

38 thoughts on “HAPPY TOGETHER part 2

  1. jiyeon ama myungsoo hubungan apa tuh?
    part 3 yang semangat ya ngetiknya, moga hard disk nya ketemu…
    hwaiting~

  2. Waaaahhhh… Myungsoo akhirnya muncul juga. Tapi gak rela banget kalo dia pacaran sama jiyeon Huuufftttt…
    Tapi kok myungsoo kayaknya gak tertarik ya sama suzy? Buktinya dia gak ngerespon apa-apa saat bertemu suzy? Hmmm… Padahal suzy kayaknya udah punya rasa tuwwh sama myungsoo.
    Ayo dong myungsoo sama suzy aja. Jiyeon lempar ke selokan aja. Hahaaa
    Oia, skali lgi yg sabar ne thor, moga aja pencuri hard disknya brubah pikiran n mau balikin lagi hard disknya. 🙂

  3. pantas ffx ngk dipost ternyata hard diskx hilang toch thor padahal udah d’tungguin…semoga cepat ketemu yach hard diskx, dan yang sabar yach… tetap semangat…
    Hwaiting….

  4. Hubungan jiyeon sama myungsoo apa emangnya thor?
    Di part 3 di jelasin ya + nge-share nya jangan lama – lama ne
    Kalo boleh saran, gimana kalo ff nya itu banyak percakapannya?

  5. Hahahaha
    cupcup thor..yg sabar ya thor..
    Harusnya author simpen di lepi sama hard disk..buat jaga jaga jika salah 1nya ilang..aq jg gtu thor..

    Di tunggu next partnya ya thor

    • hehehe, makasih ya..
      ia hrsnya gt ya, abisnya hard disknya itu gak pernah tak bawa2 selalu di rumah, gak nyangka ternyata bisa ilang juga…
      laptoku itu sering di pinjam teman2 ama sepupuku, jd aku malas narok tulisanku ntar mereka baca, aku kan malu kl entar mereka meledekku krn melihat karyaku yg GJ ini, kl hard disk gak pernah ada yg pinjam..

      btw sdh ada part 3nya kok cingu..

  6. Wuaaa kerennn ji eun semangat banget+niat banget pengen kembaran ma suzy, aishh jadi jiyeon yg bakal jadi pengganggu, jiyeon siap-siap ne! 😀
    Dtnggu next chapnya

  7. wahh kayaknya Myung sama Jiyeon pacaran tapi Myung nya gak suka sama Jiyeon-__- Ciyee Suzy jatuh cinta pada pandangan pertama nihyee kk^^
    bagus thor~

  8. Ha ha ha jiun ma jiyon sling jambak2kan. Wouuu suzy bru lhat pandangan pertma ma myungsooo lansung teringat2 ma myungsooo gmn yeahhh lanjutan’y kt lhat chap 3

  9. Waahh myung sudah muncul…
    Cup.cuo.. jgn sedih ya thor.. ttp semangat buat menulis, aq suka semua cerita FF author, fighting

Leave a reply to dyyyy Cancel reply